Ilmu Pengetahuan Membongkar Mitos Keabadian: Dari Pembusukan Tubuh Hingga Energi Kehidupan
Oleh: Jendela Ilmu
Pendahuluan
Sejak zaman kuno, berbagai budaya dan keyakinan mempercayai mitos tentang keistimewaan tubuh para raja dan orang suci. Salah satu kepercayaan paling populer adalah bahwa tubuh mereka tidak mengalami pembusukan setelah mati. Namun, dalam era ilmu pengetahuan modern, klaim-klaim seperti ini tidak hanya dipertanyakan, tetapi juga berhasil dijelaskan dan dibantah secara ilmiah.
Melalui penjabaran sains yang mendalam dan penuh narasi historis, Dr. Ryu Hasan dalam serial Ngaji Sains episode ke-83, mengulas bagaimana sains mematahkan mitos keabadian, serta membongkar berbagai aspek kehidupan manusia dari kacamata biologi, energi, dan psikologi. Artikel ini akan merangkum inti pemikirannya dan merefleksikan pentingnya pendekatan rasional dalam memahami kehidupan.
Mitos Keabadian dan Fakta Ilmiah
Dalam banyak tradisi spiritual, tubuh para tokoh suci diklaim tidak membusuk. Tetapi menurut penelitian ilmiah, proses pembusukan tubuh manusia merupakan bagian dari hukum alam. Tidak ada bukti valid bahwa seseorang, betapapun sucinya, dapat terhindar dari proses ini.
Penjelasan ilmiah dimulai sejak abad ke-17 oleh Francisco Redi, yang menunjukkan bahwa pembusukan bukan disebabkan oleh kekuatan gaib, tetapi oleh mikroorganisme seperti lalat dan bakteri. Inilah tonggak awal dalam membongkar mitos tersebut.
Robert Koch dan Revolusi Mikrobiologi
Ilmuwan Jerman Robert Koch memainkan peran penting dalam pembentukan dasar mikrobiologi modern. Ia berhasil mengidentifikasi bakteri penyebab penyakit seperti antraks, serta menunjukkan bahwa mikroba tertentu bisa diisolasi, dikultur, dan ditanam kembali pada inang untuk membuktikan penyebab penyakit.
Dengan eksperimen sederhana namun revolusioner, Koch memperlihatkan bahwa penyakit bukan berasal dari kutukan atau dosa, melainkan dari organisme mikroskopis. Rivalitasnya dengan Louis Pasteur pun turut mewarnai kemajuan pesat dalam bidang kedokteran dan kesehatan masyarakat.
Cuci Tangan dan Penyelamatan Nyawa
Salah satu momen penting dalam sejarah kedokteran adalah temuan Ignaz Semmelweis yang mengaitkan praktik dokter dengan meningkatnya angka kematian ibu saat melahirkan. Ia menyadari bahwa tangan dokter yang tidak steril membawa bakteri dari kamar mayat ke ruang persalinan. Solusinya sederhana namun revolusioner: cuci tangan dengan klorin.
Temuan ini mengubah wajah dunia medis. Bahkan, kisah Semmelweis yang jatuh cinta pada seorang bidan yang alergi klorin mendorong penciptaan sarung tangan lateks, alat medis yang kini menjadi standar global.
Energi: Dari Matahari ke Kehidupan
Manusia bergerak karena energi. Tapi dari mana energi itu berasal? Jawabannya adalah matahari. Tanaman menyerap energi matahari melalui fotosintesis, lalu manusia dan hewan memperoleh energi dari makanan yang berasal dari tanaman. Ini menciptakan rantai energi yang menopang seluruh kehidupan.
Sepanjang sejarah, ketersediaan energi dari hasil panen sangat memengaruhi dinamika sosial, ekonomi, bahkan peperangan. Ketika panen melimpah, aktivitas militer dan ekonomi meningkat. Sebaliknya, kelaparan menyebabkan stagnasi dan keruntuhan peradaban.
Revolusi Industri dan Material Baru
Revolusi industri mengajarkan manusia untuk memanfaatkan energi dari batu bara, minyak, dan bahkan lautan. Tak hanya itu, ilmu pengetahuan modern memungkinkan penciptaan bahan-bahan baru yang dulu tidak dikenal, seperti plastik dan silikon.
Salah satu contoh mencolok adalah aluminium. Dulu, logam ini lebih mahal daripada emas. Kini, berkat teknologi, aluminium diproduksi secara massal dan digunakan dalam kehidupan sehari-hari — dari kaleng minuman hingga pesawat terbang.
Hewan Juga Punya Kebutuhan Emosional
Eksperimen yang dilakukan oleh Harry Harlow terhadap bayi monyet mengungkap sisi lain dari ilmu pengetahuan: kebutuhan emosional. Monyet yang dibesarkan oleh "ibu buatan" (tanpa kasih sayang atau sentuhan) mengalami gangguan psikologis dan kesulitan bersosialisasi.
Hasil ini membuktikan bahwa hewan, seperti manusia, memerlukan kasih sayang dan interaksi sosial. Temuan ini penting dalam perdebatan etika tentang kesejahteraan hewan, khususnya dalam industri peternakan.
Penutup: Sains sebagai Penjernih Kebenaran
Mitos telah lama menjadi bagian dari identitas manusia. Namun, hanya dengan pendekatan ilmiah, kita bisa memisahkan antara fakta dan fiksi. Dari pembusukan tubuh, penyakit, energi, hingga psikologi hewan, sains telah menawarkan penjelasan yang logis dan dapat diverifikasi.
Dr. Ryu Hasan, melalui serial Ngaji Sains, mengajak kita untuk berpikir kritis dan berani meninggalkan mitos yang tak berdasar. Sains bukan hanya soal laboratorium dan angka, tapi juga cara manusia memahami dirinya sendiri dan dunianya dengan jernih.
Video Selengkapnya:
Komentar
Posting Komentar